Selasa, 26 Februari 2013

Review buku Harry Potter dan Kamar Rahasia

Harry Potter dan Kamar Rahasia adalah buku yang pertama kali aku baca dari tujuh seri Harry Potter. Saat itu aku masih kelas lima SD dan aku mendapatkan buku tersebut sebagai hadiah ulang tahunku yang ke 11.

Buku ini sangat menyentuhku dengan sisi kedetektifan dan keasyikanku semakin bertambah karena aku membacanya di bawah lampu tidurku yang berwarna hijau, seperti nuansa Kamar Rahasia sehingga seolah akulah Harry yang tengah menjelajahi Kamar Rahasia (aku membaca di bawah lampu tidur itu karena aku tak bisa melepaskan buku tersebut hingga halaman terakhir, tidak pada saat bab-bab terakhir dimana misteri terkuak).

Sepertinya tante Rowling memang bermaksud begitu. Hampir tiap bab diakhiri dengan kalimat yang membuat para pembaca harus meneruskan membaca bab selanjutnya demi memuaskan rasa penasaran.

Harry berjingkat menuju kamarnya, menyelinap masuk, menutup pintu, dan berbalik untuk mengempaskan diri ke atas tenpat tidurnya.
Celakanya, sudah ada yang duduk di atas tempat tidurnya.

Harry tahu kemana dia dibawa. Ini pastilah kantor sekaligus tempat tinggal Dumbledore.

Kedua ular itu memisahkan diri. Ketika didnding membelah terbuka, masing-masing bagian menggeser lalu lenyap, dan Harry, gemetar dari kepala sampai ke kaki, berjalan masuk.

Aku menikmati tiap halaman yang menceritakan bagaimana Hermione, Harry dan Ron memecahkan misteri Kamar Rahasia mulai dari menyelidiki horor di dalam Kamar, siapa korban ketika Kamar Rahasia dibuka lima puluh tahun yang lalu sampai jalan masuknya. Trio Gryffindor memang sangat penasaran tentang Kamar Rahasia dan melakukan apapun untuk memperoleh banyak informasi. Mereka rela menyamar sebagai tiga anak Slytherin demi mendengar ocehan Malfoy tentang Kamar Rahasia meskipun mereka harus mencuri dri ruangan Snape dan Hermione yang berakhir di rumah sakit akibat salah memasukkan rambut ke ramuan Polyjus-nya. Ron juga rela masuk Hutan Terlarang dan menghadapi ratusan labah-labah raksasa meskpun dia sendiri takut labah-labah.

Lima hariku memang tak sia-sia dengan membaca buku ini karena begitu menyelesaikannya, aku sangat jatuh cinta dan tak sabar untuk membaca seri ketiganya. Seri kedua ini menurutku masih berada pada penjelasan dasar “Muggle” tentang dunia sihir. Aku bisa berkata begini karena aku belum pernah membaca seri pertama (hanya membaca sinopsisnya) namun aku tak tertinggal dalam istilah dunia shir dan bisa menikmati plot secara utuh.

Bab-bab awal masih banyak penjelasan tentang dunia sihir tanpa menghambur-hamburkan plot. Di seri kedua ini Harry mengenal kehidupan penyihir lebih dekat karena dia tinggal dirumah Ron di sisa liburan musim panasnya. Dipertengahan, dibahas lebih dalam tentang dunia sihir melalui kehidupan para hantu di Hogwarts, Mandrake, peri rumah, mantra-mantra baru, sekilas tentang masa lalu Voldemort, misteri pengeluaran Hagrid hingga kemampuan khusus Parseltongue Harry yang disebutkan sambil lalu di buku pertama.

Memang semua seri Harry Potter memiliki misteri atau hal yang tak diduga oleh pembaca, namun bagiku seri kedua inilah yang benar-benar kuat unsur detektifnya. Itu karena Hogwarts memiliki masalah serius yang berdampak tidak hanya pada tokoh utama, namun juga pada seluruh warga sekolah. Bayangkan apa jadinya jika Hogwarts ditutup karena pelaku “Pembeku” kelahiran Muggle tak terungkap. Bagaimana kisah Harry Potter selanjutnya?

Terkadang aku bertanya sendiri kenapa Ron dan Harry juga Hermione tak mencoba, walaupun untuk sekedar basa-basi, menanyai bagaimana Myrtle meninggal. Atau menyelidiki lebih lanjut kamar mandi tersebut karena serangan pertama terjadi tak jauh disana dan Si Pewaris Slytherin meninggalkan pesan di koridornya. Yah memang, hanya Tante Rowling yang tahu jawabannya.


Tidak ada komentar: