Rabu, 27 Februari 2013

Hotter Potter February Meme


Ron
Aku tahu ini hari keberuntunganku. Aku bisa melihat Harry Potter dari dekat! Bahkan kami bercakap-cakap. Namun kebahagiaanku terusik menjelang siang. Aku baru saja ingin menunjukkan kepada Harry sebuah mantra yang diajarkan Fred ketika sosok itu masuk. Seorang perempuan dengan rambut coklat lebat dan gigi besar-besar masuk ke kompartemen kami. Dia tertarik untuk melihat demonstrasiku, tapi sayang mantraku tak berhasil. Aku hanya mampu mengubah ekor Scabbers menjadi kuning. Melihat kegagalanku, cewek itu dengan bangga berkata dia telah berhasil melakukan beberapa sihir sederhana meskipun dia kelahiran-Muggle.Mungin saja dia membual. Menyebalkan sekali aku harus menahan malu di depan Harry dan cewek tersebut.

Hermione
Saat aku tengah mencari Trevor,katak Neville, aku tak sengaja masuk ke sebuah kompartemen yang diisi oleh dua anak laki-laki. Yang satu kurus berkacamata dan satunya lagi berambut merah dengan wajh berbintik-bintik. Bahkan di ujng hidungnya ada kotoran! Aku tertarik pada si rambut merah karena kulihat dia tengah memegang tongkat. Memang benar dia akan melakukan sihir. Ternyata payah sekali sihirnya. Selama ini aku tak pernah gagal melakukan beberapa sihr sederhana. Akupun segera meninggalkan mereka karena aku harus meneruskanm mencari Trevor. Sebelum aku pergi, aku juga memberitahu si rambut merah untuk membersihkan kotoran di hidungnya.

Ron
Halloween ini aku membuat Hermione Granger menangis. Itu karena aku menyebutnya sangat mengerikan dan juga mimpi buruk. Aku tahu aku benci sekali dipermalukan untuk kedua kalinya ketika melakukan Mantra. Memang sih itu bukan salahnya. Tapi caranya dia mengajari mantra melayang itu menjengkelkan. “Cara ngomongmu salah. Mestinya Wing-gar-dium Levio-sa, ‘gar’-nya yang enak dan panjang”. Huh, apalagi Professor Flitwick memujinya di hadapan seluruh kelas karena memang si Granger itu yang satu-satunya berhasil di kelas.  
Bagaimanapun juga kini kami bersahabat, aku, Harry dan Hermione. Lucu memang. Aku sendiri tak menyangka seorang Hermione yang taat pada peraturan berbohong demi menyelamatkan aku dan Harry. Dia bilang  bahwa dia sengaja mencari Troll krena menurutnya dia mampu melumpuhkan Troll berdasarkan apa yang telah dibacanya. Hermione juga menambahkan mungkin dirinya sudah mati jika aku dan Harry tidak datng menemukannya. Cerita yang bagus!

Hermione
Selepas pelajaran Mantra aku tak meneruska mengikuti pelajaran lain. Aku menangis di toilet anak perempuan. Aku tahu in konyol, tapi Ronald Weasley benar. Aku memang tak mempunyai teman. Tapi bukan berari dia boleh mengataiku sebgai mimpi buruk. Apa salahnya jika aku selalu bisa menjawab pertanyaan guru? Aku kan hanya ingin tahu lebih banyak tentang sihir karena aku bukan berasal dari keluarga penyihir. Saking sedihnya aku tak tahu ada Troll yang masuk ke toilet perempuan. Troll itu menghancurka wastafel dan aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Tapi kemudian datang Harry dan Ron. Harry menyodokkan tongkatnya ke hidung Troll dan Ron berhasil membuat pentungan si Troll melayang hingga menimpa kepala si Troll itu  sendiri. Aku berhutang kepada mereka. Maka ketika para guru datang, aku berbohong bahwa aku sengaja mencari troll untuk melumpuhkannya. Tak mingkin aku berkata jujur dan membuat mereka berdua kena detensi setelah mereka menyelamtkanku. 

Ron
Malam ini aku capek sekali. Aku kena detensi membersihkan piala  di ruang piala tanpa sihir! Huh, tanganku pegal. Belum lagi muntah siputku kumat hingga aku harus membersihkan piala Pengabdian Kepada Sekolah selama satu jam hingga lendirnya hilang. Serangan muntah siput yang menimpaku ini akibat kesalahan tongkatku. Tongkatku kan nyaris patah saat mobil yang kutumpangi bersama Harry menabrak Dedalu Perkasa. Aku menggunakan tongkatku untuk mengutuk Malfoy yang mengatai Hermione Darah Lumpur. Sayangnya tongkatku menyerang balik. Sinar yang seharusnya meluncur dari ujung tongkat yang terarah ke Malfoy malah meluncur dari ujung tongkat yang yang kugenggam. Yah, setidaknya aku cukup berani untuk mengutuknya, walau senjata makan tuan.

Hermione
Aku tak bisa mempercayai mataku saat siput-siput besar berkilat berjatuhan dari mulut Ron. Itu akibat kutukannya yang salah menyerang. Awalnya Malfoy menyebutku Darah Lumpur. Aku sama sekali tak menegrti apa artinya, namun aku tahu itu umpatan yang sangat kasar ditambah lagi dengan anggota tim Gryffindor yang berteriak-teriak marah. Aku sungguh kagum pada Ron yang segera mengarahkan tongkatnya ke Malfoy. Sayang, tongkatnya yang nyaris patah itu malah mengeluarkan kutukan dari ujung yang dia genggam, bukan ujung yang terarah ke Malfoy. Dan begitulah, kutukan itu menyerang Ron sendiri dan membuatnya muntah siput. Menjijikkan memang, tapi itu perbuatan yang gagah berani. Dia membelaku dari Malfoy. Dia tahu keluarga Malfoy bisa melakukan apa saja dengan kekuasaan yang mereka miliki, tapi dia tetap ingin menyerang Malfoy demi membelaku. Meskipun banyak anak-anak Gryffindor yang membelaku, menurutku pembelaan Ron yang paling manis karena tak seorangpun dari mereka, termasuk Harry, yang mencabut tongkatnya.

Ron
Aku tahu banyak wanita yang menyukai Lockhart. Oh tentu saja karena Lockhart itu tampan dan memiliki prestasi mengagumkan (katanya). Tapi aku tak bisa percaya jika Hermione termasuk dalm wanita yang menyukainya. Selama ini dia bersemangat dalam pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam karena memang sudah menjadi wataknya untuk selalu mengangkat tangan dalam setiap pealajarn kan. Aku tak pernah menduga dia mengagumi Lockhart bahkan sampai menggaris bawahi tulisan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam dalam daftar pelajarannya dengan hati kecil-kecil. Ini tak seberapa dibandingkan dengan kartu ucapan cepat sembuh dari Lockhart yang ditaruh dibawah bantal  Hermione ketika Hermione harus tidur di ranjang rumah sakit. Bagaiman bisa Hermione tidur dibawah kartu menjijikkan itu?

Hermione
Sudah cukup lama aku tak bercakap-cakap dengan Harry maupun Ron. Sepertinya persahabatn kami selesai. Mula-mula karena Scabbers yang sering diburu Crookhans, setelah itu Firebolt . Bukankah ini hal wajar jika kucing mengejar tikus? Kenapa Ron tak mau menggunakan otaknya barang sedikitpun? Dasar idiot. Harry juga ikut menuduhku yang tak mencoba menjaga Crookhans. Kemana sih perginya otak mereka? Kenapa mereka lebih mementingkan kebanggaan daripada keselamatn jiwa? Aku tak mengerti bagaimana bisa Ron mengabaikan fakta bahwa Firebolt yang dikirim untuk Harry sebagai hadiah natalnya tak diketahui siapa pengirimnya. Bukankah sirius Black memburu Harry? Kenapa mereka tak curiga bahwa kemungkinan sapu itu dikirim oleh Black? Dan mengapa Ron tak bisa membujuk Harry untuk meninggalkan sapu tersebut? Ah sudahlah. Aku masih punya banyak pekerjaan. Pe-erku menumpuk, ditambah aku harus mencari pembelaan Buckbeak. Pembalik waktu ini memang tak banyak menolongku. Tapi mungkin dengan menjauhnya Harry dan Ron dariku mereka tak akan curiga tentang jadwal pelajaranku dan Ron tak lagi mengintegorasiku kenapa jadwal pelajaranku sering dilakukan pada saat yang bersamaan. Bagaimanapun juga aku rindu pada mereka. Terlebih lagi kemarin Black nyaris menyerang Ron dengan pisau besar. Aku khawatir kepada Ron. Kuharap dia tidak terguncang

Ron
Aku semakin tertekan belum mendapatkan pasangan untuk pesta dansa natal ini. Fleur telah menolakku. Huh, semua gadis cantik telah habis. Siapa lagi yang harus kuajak sementara aku juga tak cukup berani berbicara kepada mereka. Ingin sekali aku mengajak Hermione, namun dia kan sahabatku. Hermione juga bukan gadis cantik. Tapi bukan itu alasan keenggananku untuk mengajaknya. Aku tak punya kekuatan untuk mengajaknya. Rasanya sungguh konyol kau pergi ke pesta dansa dengan sahabatmu. Aku sungguh tak berani mengajaknya karena aku juga takut dia menolakku. Hermione kan gadis yang luar biasa pintar, sedangkan aku biasa-biasa saja. Jika saja aku seperti Harry, mungkin aku akan berani mengajaknya.

Hemione
Aku muak mendengar ocehan Harry dan Ron tentang pesta dansa konyol ini. Mereka terus saja ribut mengenai siapa yang akan mereka ajak ke Ball. Apakah mereka tak bisa melihatku? Terutama Ron. Kenapa dia sibuk menarik perhatian Fleur Delacour? Padahal selama ini aku selal disisinya. Aku tahu aku tak cantik seperti yang diingginkannya. Rambut lebatku cenderung kusut sedangkan gigi depaku besar-besar. Namun apakah itu masalah? Memang sih, pada akhirnya Ron mengajakku. Itupun sudah sangat dekat dengan acara Ball. Aku menolaknya karena aku telah diajak seseorang. Lagipula ajakan Ron itu tak romantis.

Ron
Aku tak mempercayai mataku saat kulihat Viktor Krum memasuki Ball dengan menggandeng Hermione. Bagaimana bisa? Hermione kan selalu bersama kami atau mengurung diri di perpustakaan. Sedangkan Krum tak bisa pergi tanpa diikuti oleh para pemujanya. Aku terus mendesak Hermione, saat dia terpisah dari Krum untuk menggunakan akal sehatnya bahwa Krum adalah musuh kita, musuh Harry dalam Turnamen Triwizard. Mungkin kata-kataku kelewatan. Aku mengucapkan segala tuduhan kepada Krum karena aku tak tahan melihatnya bersama dengan Hermione. Ini juga salahku yang tak mengajaknya sebelum kedahuluan Krum. Oh aku sangat menyesal.

Hermione
Aku cukup menikmai pesta dansa ini. Viktor cukup baik dan lucu. Itu karena dia tak bisa mengucapkan namaku dengan benar. Namu tak selamanya pesta dansa ini terasa menyennagkan bagiku. Aku dan Ron bertengkar mengenai Viktor. Da berpendapat Viktor tak bisa dipercaya karena dia anak Dumstrang yang secara tak langsung adalah lawan Harry di Turnamen Triwizard. Aku muak sekali mendengar ucapan Ron yang tak masuk akal. Apakah ini yang disebut cemburu? Sebegitu bencikah Ron pada Viktor? Kalau dia tak ingin aku pergi dengan orang lain, kenapa dia tak mengajakku dari awal? Kenapa pula dia mengajakku di saat-saat terakhir saat Viktor telah mengajakku?

Ron
Aku Prefek? Prefek Gryffindor bersama Hermione? Aku tak menyangka kenapa Professor McGonagall dan Dumbledore malah memilihku bukannya Harry. Bukankah dia lebih hebat. Walaupun aku tak enak hati terhadap Harry, aku tak bisa menolak. Dengan diangkatnya aku menjadi Prefek, aku memiliki waktu bersama dengan Hermione. Kami akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus ketertiban asrama Gryffindor.

Hermione
Surat pemberitahuan pagi ini. Seperti biasa memberitahuku daftar keperluanku di tahun kelima dan ada lagi yang mengejutkan. Aku terpilih mrnjadi Prefek! Aku pikir Harry yang menjadi partnerku,karena kulihat dia tengah memegang lencana Prefek, namun ternyata Ron. Entah kenapa Harry tak terpilih. Namun sulit rasanya menyembunyikan kegembiraan bahwa Ronlah yang terpilih. Sudah pasti aku akan akan tampak konyol dihadapan semua lelaki itu. Walau wajahku merah padam, aku berusaha bersikap wajar dihadapan Harry, Ron, Fred dan Geeorge. Sungguh asyik bukan,  membayangkan bahwa kami akan memiliki lebih banyak waktu berdua. Memang sih, bukannya waktu untuk bersenang-senang, tapi bukan berarti aku tak bisa bersenang-senang disaat serius kan?!

Hermione
Harry sadar bahwa aku menggunakan Mantra Confundus pada McLaggen dengan alasan berdiri persis di depan tempat dudukku saat uji coba Tim Quidditch Gryffindor. Wajahku yang memerah sudah cukup sebagai jawaban “Ya” walaupun aku tak mengucapkannya. Aku mengaku pada Harry bahwa aku telah melakukan hal ini karena McLaggen mengatakan sesuatu tentang Ron dan Ginny dan tentu saja itu bukan hal yang baik dan menyenangkan. Lagi pula, dia sangat pemarah dan kuyakin Harry tak akan menginginkan orang seperti dia dalam tim. Walaupun Harry sudah tahu alasannya, dia masih saja memojokkanku dengan mengingatkan bahwa aku ini seorang Prefek yang tak boleh berbuat curang sambil nyengir. Memang tak sepantasnya aku begitu. Tapi kupikir aku tak bersalah. McLaggen itu gila dan aku masih ingin Ron bermain sebagai Tim Gryffindor. Aku tahu Ron itu rendah diri, tapi dia pemain yang hebat. Aku  tak ingin posisinya digantikan McLaggen.

Ron
Sebenarnya iri aku tak termasuk ke dalam klub Slug. Klub konyol yang didirikan professor Horace Slughorn. Harrry tentu saja masuk, siapa yang tak tahu Harry Potter. Hermione juga, tentu saja dia kan murid terpandai. Bahkan Ginny juga termasuk. Ini karena Slughorn kagum akan Kutukan Kepak Kelelawar yang digunakannya kepada Zacharias Smith saat beliau melintas di depan kompartemen mereka. Dan natal ini Slughorn mengadakan pesta di kantornya. Dan tentu saja para anggota Klub Slug yang diundang. Tapi aku tak menyangka Hermione berniat mengajaku ke pesta natal tersebut. Sebenarnya aku sangat mau, namun aku tak bisa berkata “ya, aku mau’. Tidak setelah aku mengatakan bahwa Hermione bisa jadian dengan McLaggen, jadi Slughorn bisa meresmikan mereka sebagai Raja jadi Ratu Siput. Tak mungkin aku menarik kembali kata-kataku. Ditambah lagi Hermione berkata dengan berang jikalau aku lebih suka dia jadian dengan McLaggen. Aku memang payah. Ini kedua kalinya aku membuktikan bahwa aku pengecut.

Ron
Tak kusangka Ginny akan mengatakan hal itu. Hermione pernah berciuman dengan Viktor Krum? Benci sekali mengetahuinya, namun itu juga salahku. Aku yang tak berani mengajaknya hingga Krum mendahuluiku. Aku semakin frustasi ketika Ginny memojokkanku sebagai orang yang memandang jijik berciuman.  Sebenarnya aku tidak jijk. Aku hanya iri belum pernah melakukannya. Tak mungkin aku mencium Hermione bahkan mengatakan padanya bahwa aku menyukainya. Sungguh  aku tak berani. Ditambah lagi aku sedang kesal dengannya. Memang bukan salahnya mencium Krum, tapi tetap saja aku kesal. Ah  sudahlah, kini aku punya Lavender yang selalu menciumku. Walau Ginny terus menyebutku munafik, aku tak peduli. Kuharap Hermione memaklumi. Dia pernah mencium Krum, maka tak ada salahnya kan aku mencium Lavender? Kenapa dia harus marah dengan menerbangkan burung-burung ke arahku hingga membuat tangan dan lenganku lecet.

Hermione
Aku tak tahu apa salahku. Kenapa Ron terihat gusar. Aku mengaku agak kelewatan menuduh Harry menuang Felix Felicis dalam jus labu kuning Ron. Tapi Ron juga tak harus berkata seperti itu, membalikkan semua ucapaku saat sarapan tadi ditambah dengan intonasi tinggi dan berlebihan. Namun itu tak seberapa, hal yang lebih menyakitkan kulihat saat aku baru saja masuk ke ruang rekreasi. Ron sedang berciuman dengan Lavender! Aku tak menyangka dia berani. Dasar brengsek! Pantas saja Ron sangat menikmati pestanya.

Ron
Ulang tahun paling buruk. Aku memakan Coklat Kuali Harry pemberian Romilda dulu yang ternyata dibubuhi Ramuan Cinta. Memang pengaruh ramuan itu segera hilang karena Harry membawaku ke Slughorn dan dia membuatkan penagkalnya untukku. Sayang, saat aku meminum Mead dari Slughorn, aku nyaris sekarat. Mead yang beracun itu hampir membunuhku. Untung Harry segera memasukkan bezoar ke mulutku. Dan beginilah, aku mendekam di rumah sakit. Bahkan tak bisa ikut bertanding Quidditch serta merelakan McLaggen menggantikan posisiku. Sisi baiknya, Hermione mau berbicara lagi kepadaku. Aku memang merasa sangat bersalah karena menyakitinya dengan memacari Lavender. Kini aku selalu berpura-pura tidur jika Lavender menjenguk namun selalu bersemangat jika Hermione datang (dan Harry, tentu saja)

Hermione
Aku terhenyak saat kudengar Ron masuk rumah sakit akibat keracunan. Padahal ini hari ulang tahunnya. Oh aku cemas sekali. Cukup lama Ron tak sadarkan diri. Aku menyesal telah bersikap buruk kepadanya beberapa waktu terakhir ini. Aku bersama Harry dan keluarga Weasley lainnya menunggu Ron di rumah sakit. Aku tak sanggup berkata-kata melihat Ron yang berbaring tak berdaya. Kuharap Ron cepat sembuh. Karena pertandingan Quidditch ini dia masih di rumah sakit dan MacLaggen menggantikan posisinya.

Ron
Aku capek sekali mengerjakan essai Snape ini dan aku frustasi ketia tahu banyak ejaanku yang salah. Mungkin ini karena mantra Pengecek-Ejaan di pena bulu produksi Fred dan George sudah pudar. Untung saja hermione menawarkan diri membantuku untuk memperbaiki ejaanku. Akupun berkata “I love you, Hermione”. Senang sekali aku bisa mengatakannya. Seandainya dia tahu bahwa aku mrngucapankannya bukan hanya sekedar ucapan terima kasih tapi juga apa yang telah kurasakan padanya selam bertahun-tahun ini. Aku sangat berharap Lavender mendengar ini supaya kami bisa putus. Sulit sekali lepas darinya. Rasanya seperti berpacaran dengan Cumi-cumi raksasa.

Hermione
Semenjak Ron keluar dari rumah sakit, dia jarang sekali bersama dengan lavender. Dia selalu ketakutan bila melihat seorang wanita melintas di depan kami hingga di bersembunyi di balik punggungku. Senang rasanya kembali seperti semula. Kami bisa ngobrol dan mengerjakan pe-er bersama. Seperti malam ini, kami mengerjakan essai Dementor untuk Snape dan Ron tampak frustasi melihat banyak ejaan salah di essainya. Ini bukanlah masalah besar, namun Ron yang sudah sangat lelah tentu merasa stres dan berfikir dia harus menulis ulang seluruh essainya. Akupun kemudian membantunya membetulkan semua ejaan yang salah. Ron segera berkata “I love you, Hermione". Wajahku merona. Aku bahagia sekali. Ah, seandainnya Ron mengutarakannya dengan serius, maksudku dengan tulus bahwa dia benar mencintaiku bukan hanya sekedar sebagai ungkapan terima kasih. Bagaimanapun juga aku mengingatkan diriu bahwa Ron masih pacarnya Lavender. Namun aku tak bisa menahan kebahagiaan ini ketika Ron berkata bahwa dia ingin Lavender mendengar apa yang dikatakan Ron kepadaku supaya mereka bisa berpisah secepatnya.

Hermione
Aku senang Ron selamat dan tak terluka sedikitpun setelah kami semua menyamar sebagai Harry. Aku segera berlari kearahnya dan memeluknya. Lega rasanya mengetahui keadaanya baik walaupun sedikit terguncang. Aku juga terkejut saat Tonks memberitahu kami Ron berhasil menumbangkan satu Pelahap Maut dengan melancarkan Mantra Bius yang tepat mengenai wajah Pelahap maut tersebut. Ternyata Ron mampu melakukan Mantra ini dengan sangat baik. Lucu mendengarnya berkata, “selalu nada heran”  ketika aku memastikan dia benar-benar melakukannya. Namun sepertinya ucapanku berbalas saat pernikahan Bill dan Fleur. Ron memujiku dalam busana pesta ini. “selalu nada heran” adalah ucapanku sebagai balasan saat Ron tampak terkejut mengetahui aku bisa tampil cantik.

Ron
Aku berhasil melakukannya. Mantra bius yang tepat mengenai seorang Pelahap Maut. Bukankah itu hebat, eh? Tapi aku sedikit kecewa ketika Hermione tak percaya aku berhasil melakukannya. Selalu saja nada heran yang terlontar ketika dia tahu aku bisa melakukan Mantra dengan baik. Aku kan tidak bego-bego amat. Tapi mungkin ini seimbang. Hermione selalu heran saat aku bisa melakukan sihir dengan baik dan aku juga suka heran saat dia tampil memukau dalam acara-acara pesta. Di pernikahan Bill dan Fleur ini dia menggunakan gaun dan sepatu hak tinggi dengan warna Lila. Dan aku tak akan membiarkan si cantik ini kembali berduaan dengan si aneh Viktor Krum dengan jenggot konyolnya.

Hermione
Rasanya waktu berlalu dengan cepat. Baru saja aku menikmati saat bersama Ron di pernikahan Bill dan sekarang kami bertiga bersembunyi di Grimmauld Place. Aku masih saja memandangi Ron yang tidur dibawah tempat tidur sofaku. Ron kini benar-benar terbuka. Dia tak malu menangis, menumpahkan perasaannya setelah Patronus Mr. Weasley muncul. Ron bahkan bersikap ksatria memaksaku tidur di sofa ini. Sungguh hal yang sulit dipercaya. Aku tak boleh hanyut akan kebahagiaan ini karena Hocrux tengah menanti kami yang kami sendiri tak tahu dimana.

Ron
Yang kutahu rasanya menyakitkan. Setengah daging lenganku hilang akibat splenching. Selama penumbuhan daging ini Hermione rajin merawatku. Jujur aku senang, tapi aku juga sebal saat harus memakai Hocrux sialan itu, atau melihat Harry tampak akrab dengan hernione dan juga harus makan makanan hutan yang rasanya memuakkan. Sungguh hidup yang tak jelas. Namun yang paling kutakutkan dari semua ketidakjelasan ini adalah Hermione yang akan meninggalkanku.

Hermione
Aku sangat khawatir melihat setengah daging Ron menghilang dari lengannya. Wajahnya yang semakin pucat dan darah yang terus bercucuran nyaris membuatku lemas tak berdaya. Namun aku harus bertindak dengan cepat. Aku tak ingin Ron semakin menderita. Kini memang keadaanya membaik, tapi itu hanya secara fisik. Secara batin dia tampak menjengkelkan. Terlebih jika dia tengah memakai Hocrux. Belum lagi dengan kurangnya rasa hormat dari setiap masakanku. Kenapa dia tak bisa mengerti? Aku sudah berusaha membuat makanan yang layak di pengasingan ini, tapi dia tetap saja berbicara kasar padaku, dan juga Harry.

Ron
Aku pergi dari Hermione dan Harry. Pilihan bodoh kabur dari misi. Aku tak tahan selalu menjadi yang terbego diantara kami bertiga. Mereka berdua sibuk beragumen tentang pedang Gryffindor dan tak sedikitpun membahas Ginny. Memangnya Harry tak peduli padanya lagi? Aku tak yakin itu.  Aku menerobos hujan, tak peduli dengan Hermione yang mengejarku seraya memohon agar aku kembali. Untuk apa aku kembali? Bukankah itu bagus, supaya dia dan Harry bisa berduaan?

Hermione
Aku menangis semalaman. Ron pergi! Pergi meninggalkanku dan Harry. Aku sudah berusaha memanggilnya, memohon ditengah guyuran hujan untuk kembali. Tapi dia tak kembali bahkan menolehpun tidak. Aku sangat kesepian dan sedih sepeninggalnya, tapi aku tak bisa meninggalkan Harry sendiri. Tidak sebelum misi menghancurkan Hocrux selesai. Ron, dimana kau? Aku sangat merindukanmu.

Ron
Aku rindu pada kawanku, terutama pada Hermione. Aku sangat menyesal meninggalkan mereka. Aku ingin kembali namun tak tahu bagaimana cara menemukan mereka. Tidak sampai aku mendengar suara Hermione dari dalam sakuku, lebih tepatnya Deluminatorku. Aku berhasil menemukan Harry dan Hermione berkat cahaya biru dari Deluminator yang menuntunku ke persembunyian mereka. Kemunculanku memang cukup menarik karena aku menyelematkan Harry dan mengambil pedang Gryffindor. Aku juga menghancurkan Hocrux liontin! Hebat bukan? (walau Harry mengatakan semua hal hebat ini untuk menarik simpati Hermione, tetap saja ini fakta yang hebat). Memang awalnya sulit menghancurkan Hocrux dan itu karena emosiku kacau. Hocrux tersebut menampilkan semua ketakutanku sebagai anak yang paling sedikit dicintai dan selalu jadi nomor dua (setelah Harry) di mata Hermione. Lega rasanya setelah kuhancurkan Hocrux dengan pedang Gryffindor (wow, satu Hocrux dibasmi olehku) ditambah Harry yang meyakinkanku bahwa dia selalu menganggap Hermione sebagai adiknya dan Hermione sangat merana ketika aku pergi meninggalkan mereka.
   
Hermione
Akhirnya Ron kembali. Tapi aku tak senang. Aku tak peduli apa yang telah dilakukannya (yang katanya dia telah meyelamatkan nyawa Harry). Aku sangat benci padanya, tidak tahukah dia betapa sakit hatiku merindukannya? Tak tahukah dia  seberapa sedihnya hati ini ketika dia tak menoleh saat kupanggil? Dan kini dia muncul dengan seenaknya dan meminta maaf dengan mudahnya.  Aku memang memutuskan untuk berdiam diri. Sulit mengontrol perasaan ini kepadanya setelah dia pergi. Si idiot itu tak pernah menunjukkan keseriusan atau penyesalan yang pantas. Tapi aku sungguh tersanjung saat dia memberitahuku dan Harry bahwa suaraku muncul dari Deluminatornya yang kemudian mengarahkannya sehingga bisa menemukan kami.

Ron
Teriakan Hermione membahana sampai ke ruang bawah tanah ini. Rasanya tulang belulangku remuk ketika Bellatrix menyiksanya. Aku berteriak, frustasi mengetahui diriku terikat dan tak bisa menolongnya. Aku rela menukar tempatku denganya dan membiarkan Bellatrix atau Greyback berbuat apa saja sesukanya kepadaku, asal saja bukan Hermione.  

Ron
Saat menegangkan seperti ini, aku bisa memperoleh kebahagiaanku, hal yang kudamba namun sulit mewujudkannya. Hermione menciumku dan aku tentu saja membalas ciumannya dengan antusias. Aku tak peduli bahwa saat ini adalah saat yang kritis bahkan aku tak memedulikan keberadaan Harry dan teriakannya. Aku tak ingin kehilangan Hermione.

Hermione
Aku tak sanggup harus kehilangan Ron. Aku tak ingin salah satu dari kami mati dalam pertempuran ini. Pilihannya adalah sekarang atau sama sekali tidak, maka aku menciumnya. Aku tak peduli hal ini menurunkan martabatku sebagai perempuan, aku tak peduli tentang Ron yang belum pernah mengutarakan perasaanya padaku dan aku juga tak ingin menunggu dalam jangka waktu yang tak kuketahui untuk mendengar Ron mengatakan perasaanya padaku. Aku tahu Ron memiliki perasaan yang sama karena dia membalas mencumku dengan antusias, tak peduli pada Harry yang berteriak pada kami dan bisingnya pertempuran.  Aku hanya tak ingin dipisahkan oleh Ron.

Ron
Betapa senangnya aku bisa kembali ke Peron Sembilan Tiga Perempat. Kali ini aku datang  bukan sebagai murid, tapi sebagai ayah. Hari ini putri pertamaku, Rossie, akan bersekolah di Hogwarts. Senangnya melihat anakku sudah besar dan harus meninggalkanku. Tapi aku tak perlu khawatir, Rossie pasti bisa melakukan tahun pertamanya dengan sangat baik. Itu karena Rossie mewarisi otak ibunya. Aku melihatnya melambai kearahku dan sekejap aku teringat akan gadis menyebalkan yang tiba-tiba saja muncul di kompartemen aku dan Harry. Aku menoleh kesamping, melihat Hermione yang tengah memberi ciuman jarak jauh pada Rossie seraya menghibur Hugo bahwa tak lama lagi dia akan menyusul kakaknya. Setelah Hogwarts Express menghilang dari pandangan, aku mengajak Hermione dan Hugo pulang dengan mobil yang kukendarai sendiri. Yah, mobil, bukan sapu. Dan aku sangat terampil mengendarainya.

Hermione
Terharu menyaksikan Rose, putriku, melambai dari Hogwarts Express. Tak kupercaya dia sudah besar. Aku mengamati dengan lekat wajah lucu dan rambut merah manyalanya yang mirip sekali dengan ayahnya. Akupun berpaling pada Hugo yang merengek ingin ikut bersama Rose. Kuhibur dia bahwa setahun lagi dia akan menyusul Rose dan kutambahkan bahwa Hugo akan pergi ke Hogwarts bersama sepupunya, Lily Potter Jr. Aku menoleh pada sosok jangkung berambut merah yang mengajak kami pulang. Kamipun meninggalkan King Cross dengan mengendarai mobil. Kali ini aku benar-benar percaya bahwa Ron benar-benar mampu. Bukan hanya mencegah Quaffle masuk ke gawang atau membius Pelahap Maut ataupun mengendarai mobil, tapi juga menjadi sosok suami dan ayah yang dewasa serta bijaksana.

Selasa, 26 Februari 2013

Review buku Harry Potter dan Kamar Rahasia

Harry Potter dan Kamar Rahasia adalah buku yang pertama kali aku baca dari tujuh seri Harry Potter. Saat itu aku masih kelas lima SD dan aku mendapatkan buku tersebut sebagai hadiah ulang tahunku yang ke 11.

Buku ini sangat menyentuhku dengan sisi kedetektifan dan keasyikanku semakin bertambah karena aku membacanya di bawah lampu tidurku yang berwarna hijau, seperti nuansa Kamar Rahasia sehingga seolah akulah Harry yang tengah menjelajahi Kamar Rahasia (aku membaca di bawah lampu tidur itu karena aku tak bisa melepaskan buku tersebut hingga halaman terakhir, tidak pada saat bab-bab terakhir dimana misteri terkuak).

Sepertinya tante Rowling memang bermaksud begitu. Hampir tiap bab diakhiri dengan kalimat yang membuat para pembaca harus meneruskan membaca bab selanjutnya demi memuaskan rasa penasaran.

Harry berjingkat menuju kamarnya, menyelinap masuk, menutup pintu, dan berbalik untuk mengempaskan diri ke atas tenpat tidurnya.
Celakanya, sudah ada yang duduk di atas tempat tidurnya.

Harry tahu kemana dia dibawa. Ini pastilah kantor sekaligus tempat tinggal Dumbledore.

Kedua ular itu memisahkan diri. Ketika didnding membelah terbuka, masing-masing bagian menggeser lalu lenyap, dan Harry, gemetar dari kepala sampai ke kaki, berjalan masuk.

Aku menikmati tiap halaman yang menceritakan bagaimana Hermione, Harry dan Ron memecahkan misteri Kamar Rahasia mulai dari menyelidiki horor di dalam Kamar, siapa korban ketika Kamar Rahasia dibuka lima puluh tahun yang lalu sampai jalan masuknya. Trio Gryffindor memang sangat penasaran tentang Kamar Rahasia dan melakukan apapun untuk memperoleh banyak informasi. Mereka rela menyamar sebagai tiga anak Slytherin demi mendengar ocehan Malfoy tentang Kamar Rahasia meskipun mereka harus mencuri dri ruangan Snape dan Hermione yang berakhir di rumah sakit akibat salah memasukkan rambut ke ramuan Polyjus-nya. Ron juga rela masuk Hutan Terlarang dan menghadapi ratusan labah-labah raksasa meskpun dia sendiri takut labah-labah.

Lima hariku memang tak sia-sia dengan membaca buku ini karena begitu menyelesaikannya, aku sangat jatuh cinta dan tak sabar untuk membaca seri ketiganya. Seri kedua ini menurutku masih berada pada penjelasan dasar “Muggle” tentang dunia sihir. Aku bisa berkata begini karena aku belum pernah membaca seri pertama (hanya membaca sinopsisnya) namun aku tak tertinggal dalam istilah dunia shir dan bisa menikmati plot secara utuh.

Bab-bab awal masih banyak penjelasan tentang dunia sihir tanpa menghambur-hamburkan plot. Di seri kedua ini Harry mengenal kehidupan penyihir lebih dekat karena dia tinggal dirumah Ron di sisa liburan musim panasnya. Dipertengahan, dibahas lebih dalam tentang dunia sihir melalui kehidupan para hantu di Hogwarts, Mandrake, peri rumah, mantra-mantra baru, sekilas tentang masa lalu Voldemort, misteri pengeluaran Hagrid hingga kemampuan khusus Parseltongue Harry yang disebutkan sambil lalu di buku pertama.

Memang semua seri Harry Potter memiliki misteri atau hal yang tak diduga oleh pembaca, namun bagiku seri kedua inilah yang benar-benar kuat unsur detektifnya. Itu karena Hogwarts memiliki masalah serius yang berdampak tidak hanya pada tokoh utama, namun juga pada seluruh warga sekolah. Bayangkan apa jadinya jika Hogwarts ditutup karena pelaku “Pembeku” kelahiran Muggle tak terungkap. Bagaimana kisah Harry Potter selanjutnya?

Terkadang aku bertanya sendiri kenapa Ron dan Harry juga Hermione tak mencoba, walaupun untuk sekedar basa-basi, menanyai bagaimana Myrtle meninggal. Atau menyelidiki lebih lanjut kamar mandi tersebut karena serangan pertama terjadi tak jauh disana dan Si Pewaris Slytherin meninggalkan pesan di koridornya. Yah memang, hanya Tante Rowling yang tahu jawabannya.