Selasa, 22 Mei 2012

Venus ku


Hal yang kusukai
Ketika melamunkan dirimu
Coletehmu, sikapmu dan hidupmu
Walau ku tahu kau tak peduli
Mungkinkah begitu?
Karena memang kita terpisah
Dalam jarak yang nyata dan kasatmata

Fikirku entah ada dimana
Ku hanya tahu anganku peluk dirimu
Bercumbu muka tuk katakana
Yang tak pernah terucap
Aku sadar mungkin ini terlambat
Disaat warna hidup kita kian berbeda
Tapi tidakkah kau tahu, Venusku
Bahwa fikiranku terfokus padamu

 by Ughie
(persembahan untuknya yang telah menawan hatiku)



UGHIE ;
Hari yang terlewati sarat akan makna
Tatkala hati yang kosong
Dan jiwa dipenuhi kehampaan
Setia dalam penantian
Tak sanggup tuk berkata
Berusaha menjalani hidup dengank kepura-puraan
Saat begian diri entah ada dimana

Dengarkah kau yang disana?
Ketika hati merintih dan jiwaku memanggilmu
Pada rasa rindu yang kian menusuk
Aku disini terperangkap dalam khayalan
Tapi kepercayaan pada keajaiban memaksaku maju


Hati didera rindu yang kian menusuk
Berkutat dalam usaha pemendaman hasrat yang bergejolak
Membuat jiwa ini makin tak berdaya
Sampai kapan ku harus memendam harap yang tak pasti
Menyaksikan jemari kecil ini menggapai asa kosong
Sanggupkah diri ini larut dalam harapan kandas???

Jumat, 18 Mei 2012

Sempurnaya Melankolis


Dari katanya saja, Melankolis, bisa disimpulkan bahwa arti atau maksudnya adalah sedih. Itu sih memang menurut penafsiran orang kebanyakan. Tapi mungkin kita lebih familiar dengan kata melow dan galau. Memang, orang yang memiliki karakter Melankolis dikenal senagai karakter yang selalu mellow dan galau. Benarkah begitu??? Ah tidak juga.
Melankolis berasal dari kata melanchole (bahasa Yunani) yang berarti empedu hitam. Dalam dunia psikologi, memang ada empat watak atau karakter manusia, yaitu Sanguinis, Koleris, Melankolis dan Plegmatis.
Kebanyakan orang menyimpulkan orang Melankolis itu “Cemen” karena sifat mereka yang sering melow. Padahal orang Melankolis itu orang yang luar biasa. Si sempurna, itulah julukan untuk orang-orang yang memilik karakter ini. Julukan ini diberikan untuk mereka karena para Melankolis selalu menginginkan segala hal berjalan dengan baik. Selain itu, para Melankolis juga seorang pengamat dan pendengar yang baik. Walaupun mereka cenderung pendiam, tapi bukan berarti mereka acuh akan sekitarnya. Mereka dapat menganalisa hal-hal disekelilingnya.
            Sebagai seorang pengamat, mereka menyimpulkan segala hal yang mereka lihat, dengar dan rasakan sesuai definisi. Itulah istilahnya, “definisi”, langkah hati-hati yang selalu mereka lakukan. Walaupun mereka teliti dalam mengamati, mendengar dan menganalisa, terkadang sifat kehati-hatian mereka tersebut membuat mereka menjadi lambat dalam bertindak dan mengambil keputusan. Karena mereka membutuhkan waktu lebih lama dalam berfikir. Yah, walaupun tujuan mereka baik, yaitu untuk yang terbaik dan mencapai kesempurnaan.
Para Melankolis juga seorang pemerhati yang baik. Jika orang-orang disekitar kalian ada yang sangat perhatian, kemungkina besar orang tersebut memiliki watak Melankolis. Para Melankolis biasa perhatian pada orang-orang disekitarnya, seperti keluarga,sahabat, teman dan kekasih. Namun terkadang perhatiannya suka disalahtafsirkan oleh orang lain (terutama jika si Melankolis dan orang tersebut berbeda jenis kelamin).  Seolah ada udang di balik batu J. Jadi janganlah terkejut dengan orang yang suka perhatian. Para Melankolis melakukan hal ini semata-mata karena dirinya memang harus melakukannya karena ikatan di antara dirinya dengan orang tersebut. Entah sebagai anggota keluarga, sahabat, teman ataupun pacar.
  Melankolis juga seorang pencinta keindahan. Maka dari itu, mereka akrab dengan seni dan otak kanan mereka lebih mendominasi dari otak kiri mereka. Namun bukan berarti para seniman pasti memiliki karakter Melankolis dan para ilmuwan tidak berkarakter Melankolis.
Salah satu seni yang kebanyakan Melankolis geluti adalah sastra atau dunia tulisan. Sangat mudah untuk mengetahui karya para Melankolis. Karena tulisan mereka begitu menyentuh dan terkesan pesimis. Itu karena isi tulisan mereka lebih menekankan pada perasaan. Para Melankolis mampu mendeskripsikan ide mereka dengan sangat baik melalui tulisan karena mereka memiliki kepekaan yang tinggi dan erat hubungannya dengan perasaan. Mereka dapat mendeskripsikan dengan baik sebuah perasaan hingga si pembaca dapat terhanyut dalam tulisannya.
Namun dengan kepekaanya, Melankolis dapat menjadi pribadi yang berbahaya. Untuk tingkat rendah, mereka dapat dikategorikan sebagai orang yang tidak suka disebut salah. Itu karena mereka selalu hati-hati dalam berencana dan bertindak. Jadi, jika mereka divonis bersalah, mereka sangat tidak suka. Dan untuk kategori yang besar, mereka adalah pendendam sejati. Sifat mereka yang peka ini mendorong kuatnya fikiran jangka panjang mereka, sehingga jika ada hal yang tak menyenangkan menusuk perasaanya secara berkelanjutan, mereka akan sangat marah dan terus menimbun perasaan marah ini hingga menjadi dendam. Untuk menghapus perasaan dendam ini, mereka butuh waktu yang sangat lama hingga bertahun-tahun.
  Kembali pada julukan “cemen”, julukan ini diberikan mungkin karena para Melankolis cenderung pesimis dan sering merasa tertekan. Dua sifat tersebut, pesimis dan tertekan, memang fakta dari karakter ini dan juga menjadi sisi kekurangan karakter “Sempurna” ini. Namun ada alasan mereka tetap bergelut dalam sifat ini, yaitu mereka butuh kekuatan. Walaupun mereka “sempurna”, mereka tak berpendapat bahwa diri mereka bisa menaklukkan apa saja. Mereka butuh motivator dan sandaran yang mampu mendongkrak kekuatan mereka. Dan berbicara tentang kekuatan besar, tentu ini mengacu kepada Yang Maha Tinggi. Benar, Tuhanlah tempat ketergantungan mereka. Dengan sugesti mereka yang selalu menginginkan ekuatan besar sebagai penopang, ini membuat kebanyakan Melankolis dekat dengan Tuhan (religius).
Dalam muamalah, Melankolis cenderung dekat dan nyaman dengan para Plegmatis. Ini dikarenakan sifat kedua karakter ini tak jauh berbeda. Plegmatis yang memiliki julukan “Juru Damai” ini memang senang berada di belakang layar, dengan kata lain mereka orang yang kalem bahkan cenderung pendiam. Selain itu sifat mereka yang optimis dan “Speak Up” mampu mengubur sifat pesimis dari para Melankolis. Maka tak heran bila para Melankolis lebih menunjuk para Plegmatis untuk menjadi orang terdekatnya, baik itu sebagai sahabat ataupun teman hatinya.
Walaupun mereka merasa nyaman berada dekat para Plegmatis, ini bukan berarti mereka menjauh dari Koleris dan Sanguinis. Dua watak ini juga mempengaruhi hidup mereka dengan penuh warna. Melankolis tetap butuh Sanguinis dan Koleris dalam kehidupan mereka. Sanguinis sebagai penyeimbang, antara pendiam (Melankolis) dan cerewet (Sanguinis). Sedangkan Melankolis butuh Koleris dalam persaingan, antara “Si sempurna” dan “Si ambisius”.
Melankolis memang tak pilih-pilih dalam berteman, namun Melankolis sangat selektif dalam sharing. Dan tak diragukan, jika Melankolis akan cepat merasa nyaman dengan Plegmatis dan tak segan untuk “membuka diri” dengan mereka.

[Mozaik Blog Competition] Soulmateku


http://mozaikpublishouse.multiply.com/journal/item/17?mark_read=mozaikpublishouse:journal:17&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Buku itu hanyalah lembaran kertas yang dipenuhi tulisan dan dijilid. Tapi kenapa ya sangat menarik? Banyak orang rela menghabiskan uangnya demi buku dan banyak pula yang menganggap buku adalah harta karun yang luar biasa. 

Bagiku buku itu adalah soulmate. Dia adalah teman yang menemaniku kemanapun aku pergi. Ehehe. Sebenarnya aku sih yang sengaja membawanya kemanapun aku pergi. J Rasanya ada sesuatu yang kurang bila di tasku tak ada buku. Walau dalam perjalanan aku tak membacanya, setidaknya aku merasa aman dan tenang bila ada sebuah buku di dalam tasku. Tapi kenapa harus buku ya? Karena buku itu soulmate-ku (bukannya sudah disebut sebelumnya?) 

Karena buku membuatku tak perlu keliling dunia, cukup dengan membacanya aku mengenal dunia. Setiap buku memang menawarkan dunia yang berbeda, dan aku selalu terpesona tiap menjelajahi dunia tersebut. Aku tahu tentang sihir dari Harry Potter, tahu indah dan kejamnya  cinta dari Romeo dan Juliet, tahu isinya Amerika Serikat dari The Lost Symbol dan Deception Point, tahu ketekunan dari Negeri Lima Menara, tahu kegigihan dari Laskar Pelangi, tahu sejarah bangsa Indonesia yaa dari buku pelajaran Sejarah, tahu kata-kata asing dari kamus dan tahu pedoman hidup dari Kitab Suci.

Bahkan novel yang selama ini dianggap remehpun sangat berarti buatku. Mereka seperti dosen. Karena mereka mengajariku tentang sastra. Yah secara, buku (maksudnya novel) memang karya sastra. Melalui kata-kata yang tertulis di novel tersebut, kita dapat mengetahui gaya bahasa si penulis. Bukan hanya itu, unsur-unsur intrinsik dalm novelpun dapat mengajariku. Dari tema, aku menyadari hidup itu mmiliki kerumitan yang bervariasi namun menghadapi dan menjalaninya adalah suatu nikmat yang amboy rasanya. Dari penokohan, aku mengenal watak dan karakter manusia dan artinya aku tak perlu kuliah di jurusan psikologi. Dari latar belakang, aku bisa mengetahui sejarah, budaya (yang mencakup gaya hidup, agama dan makanan khas), teknologi, bahkan mengenal ciptaan-NYA seperti alam, binatang dan tumbuhan lebih dekat. Dan satu lagi, plot. Plot mengajariku bahwa hidup itu penuh kejutan dan tak berakhir seperti keinginan kita. 

 
Buku tetap saja mengasyikkan sekalipun itu buku-buku berat (bukan saja karena tebal halamannya). Seperti buku biografi yang penuh motivasi, atau kumpulan karya Chairil Anwar, Jalaluddin Rumi atau Kahlil Gibran yang syairnya menyadarkan akan nikmat hidup sepenuhnya. 

Buku memang seperti makanan yang dikonsumsi setiap hari yang tanpanya manusia akan mati. Anehnya, semakin sering kita membaca, semakin bodohlah diri kita. Karena hal-hal yang kita tak ketahui lebih banyak daripada yang kita ketahui. Wajar saja bila ada kata mutiara buku adalah jendela dunia. Bahkan Ron juga membuat istilah “Kalau kau ragu, pergilah ke perpustakaan. Begitulah yang dlakukan Hermione “.

 Buku memang memiliki daya tarik magis yang luar biasa. Aku tak peduli bila teman-temanku menganggapku aneh ketika kami mengunjungi Mall dan toko bukulah yang langsung kutuju bahkan aku tak beranjak dari sana sampai kunjungan kami ke Mall itu selesai, atau ketika aku jadi tuli mendadak karena tengah melahap buku. Itu semua tak masalah bagiku. Yang menjadi masalah adalah  ketika mereka menjulukiku dengan KUTU BUKU. Karena aku bukan KUTU BUKU, melainkan PREDATOR BUKU. J