Jumat, 16 Mei 2014
Dare to Dream, Pahlawan tanpa tanda jasa
Postingan ini adalah ide dari temanku, Winda
Mimpi, biasanya terjadi saat kita tidur. Kenapa disebut mimpi sih? Yah, karena kita dalam kondisi tidur alias nggak sadar. Tapi nggak selamanya kita harus menjadi tak sadar untuk melihat mimpi.
Sebagai pembukaan, aku mau cerita sedikit nih. Ehem.. :D
Aku seorang guru (bukan mantan, loh. Gak ada kata mantan untuk guru meskipun tak lagi menggeluti profesi tersebut.Pahlawan tanpa tanda jasa, menn). Aku bukan berasal dari bidang keguruan namun aku pernah belajar tentang keguruuan dan praktek saat SMA.
Sudah biasa saat ada yang bilang "Bukan dari bidang keguruan kok jadi guru?", atau, "Nggak suka hal yang berbau keguruan kok profesinya guru?". Ehehe,,,,, Yang jelas aku suka ngajar.
Kesadaran ini timbul saat aku SMA. Kebetulan SMA-ku adalah sekolah berasrama. Dan saat menjadi senior, kami memiliki kewajiban mengurus para junior. Dan saat aku menjadi senior, kebetulan bagianku dalam struktural OSIS adalah Pergerakan Bahasa dimana harus mengontrol penggunaan bahasa asing para junior. Dan kebetulan lagi (banyak banget ya kebetulannya) saat awal kepengurusanku mengurus para junior, aku ditempatkan di asrama anak baru yang notabene belum sepenuhnya beradaptasi bagaimana menjadi anak asrama. Ditambah lagi "beban" jauh dari orang tua.
Entah mengapa aku tertarik saja pada karakter anak-anak yang unik itu. Dan kebetulan (kebetulan melulu? :p) anak-anak asramaku penuh dengan karekater "unik" atau"spesial". Dan aku menyukainya. Rasanya menyenagkan terlibat dalam emosi mereka. Nggak selamanya mereka buruk. Ada saja kebaikan mereka yang mengejutkan. Dan itu jarang ada yang mengetahui dan bahkan menghargainya.
Ketertarikan ini semakin kuat dan kusadari saat aku resmi menjadi guru sekolah dasar. Saat itu aku meng-handle kelas satu. Anak-anak yang baru lulus TK, yang belum bisa membaca, menulis dan juga mengurus diri mereka sendiri. Kebetulan sekolah tempatku bernaung itu adalah sekolah swasta. Bisa ditebak murid-murid disana berasal dari keluarga menengah ke atas. Dari situ jugalah kadang aku prihatin akan mereka. Yang mayoritas memiliki orang tua supersibuk dan lupa akan kewajiban sebagai orang tua dan tanggung jawab terhdap anaknya. Tapi apa daya, aku tak bisa membantu mereka sepenuhnya. Waktuku bersama mereka terbatas. Hanya disekolah
Selepas dari sekolah swasta itu, aku bernaung di lembaga kursus yang mayoritas muridnya kalangan menengah. Rasanya menyenangkan berbagi ilmu dengan mereka walau dengan upah yang tak seberapa. Yah, dari sinilah aku bertekad ingin :
Mengabdikan diriku untuk mereka yang terbatas dalam urusan finansial dan juga memiliki karakter unik nan spesial
Jadi, aku ingin sekali mengajar dan mendidik anak-anak yang kurang mampu dan juga yang tinggal di tempat-tempat jauh dari modernisasai alias tempat terpencil.
Sebenarnya ada si beberapa tawaran. Tergiur? Pastilah. Tapi setiap mimpi memang ada kendalanya. Kendalaku itu.....
Keluarga
Ibuku tak berkenan sepenuhnya. Mana ada sih ibu yang tega anak perempuannya tinggal jauh darinya dan hidup dengan fasilitas terbatas (Mengingat tawaran saat ini bertempat di kepulauan seribu). Naluri ibu yang terkadang terlalu melindungi jadi sering berfikir yang tidak-tidak.
Finansial.
Mengingat tinggal ditempat yang terisolasi dan juga fasilitas terbatas, tentunya lingkungan sekitar alias anak-anak didik/orang tua mereka juga tidak memiliki materi yang tidak berlebih. Maka bisa dipastikan pendapatanku akan minim sekali. Memang sih aku sering berfikir lebih baik terjun kedalam dunia ini sepenuhnya saat aku telah meiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan memadai.
Masa depan.
Maksudnya keluarga baruku yang akan aku bina nanti bersama pasangan hidup dan buah hati kami. :)
Belum tentu suamiku nanti menyetujui impianku ini. Sekalipun dia setuju, anak-ku nanti harus tumbuh dalam lingkungan yang terbatas pula.
Tapi,, aku tetap ingin sekali bisa memujudkan mimpi ini. Ilmu yang diberika kepada seseorang dari dasar atau nol, itu akan terasa sekali. Dan si pemberi ilmupun akan merasa sanggat bangga dan terharu. Lagipula, guru adalah inspirator bagi murid-muridnya.
Aku akan memperjuangkannya. Aku akan menghadapi setiap rintangannya. Dan...
“I DECLARE, I WILL ACCOMPLISH MY DREAMS”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar